Tehnik Injeksi
Macam macam Injeksi Parenteral
1.
Injeksi IM (Intra muskular)
Memberikan obat melalui intramuskular yaitu pemberian obat
dengan memasukkannya kedalam jaringan otot.
2.
Injeksi SC (Subkutan)
Menyuntikan obat
dibawah kulit.
3.
Injeksi IC (Intrakutan/ intra dermal)
Memberikan obat ke
dalam jarinagn kulit (epidermis)
4.
Injeksi IV (Intra Vena)
Injeksi yang dilakukan
langsung ke pembuluh darah(kedalam vena)

TEHNIK ASPIRASI
Walaupun aspirasi tidak lagi dilakukan pada metode injeksi subkutan, pada penyuntikan intramuscular dan intravena prosedur ini harus dilakukan. Apabila pada injeksi intramuscular secara tidak sengaja ujung jarum menembus pembuluh darah, maka obat yang disuntikkan akhirnya masuk secara intravena. Hal ini dapat mengakibatkan terbentuknya emboli sebagai akibat reaksi komponen kimia dari obat tersebut.
Apabila ini terjadi, dan tehnik injeksi yang Anda lakukan adalah injeksi intravena, maka prosedur yang Anda lakukan sejauh ini benar. Jarum telah memasuki pembuluh darah, dan obat kini siap dimasukkan langsung ke pembuluh darah balik tersebut.
Apabila darah masuk tertarik, dan tehnik injeksi yang Anda lakukan adalah intramuscular, maka prosedur yang Anda lakukan salah. Jarum yang semestinya mencapai jaringan otot rupanya bersarang di pembuluh darah.Hal ini biasanya terjadi karena lokasi injeksi kurang tepat. Cabut jarum dan ulangi prosedur penyuntikan dari awal.
Walaupun aspirasi tidak lagi dilakukan pada metode injeksi subkutan, pada penyuntikan intramuscular dan intravena prosedur ini harus dilakukan. Apabila pada injeksi intramuscular secara tidak sengaja ujung jarum menembus pembuluh darah, maka obat yang disuntikkan akhirnya masuk secara intravena. Hal ini dapat mengakibatkan terbentuknya emboli sebagai akibat reaksi komponen kimia dari obat tersebut.
Apabila ini terjadi, dan tehnik injeksi yang Anda lakukan adalah injeksi intravena, maka prosedur yang Anda lakukan sejauh ini benar. Jarum telah memasuki pembuluh darah, dan obat kini siap dimasukkan langsung ke pembuluh darah balik tersebut.
Apabila darah masuk tertarik, dan tehnik injeksi yang Anda lakukan adalah intramuscular, maka prosedur yang Anda lakukan salah. Jarum yang semestinya mencapai jaringan otot rupanya bersarang di pembuluh darah.Hal ini biasanya terjadi karena lokasi injeksi kurang tepat. Cabut jarum dan ulangi prosedur penyuntikan dari awal.
TEHNIK DESINFEKSI KULIT DI LOKASI SUNTIKAN
Walaupun tehnik desinfeksi kulit dengan kapas alkohol sebelum prosedur penyuntikan sudah dikenal luas, pada kenyataannya ada perbedaan temuan. Misalnya menggunakan kapas alkohol sebelum menyuntikkan insulin secara subkutan seringkali membuat kulit menjadi mengeras karena efek alkohol.
Dann (1969) dan Koivisto & Felig (1978) menemukan bahwa tehnik desinfeksi dengan alkohol tidak selalu mutlak diperlukan, dan ketika prosedur itu ditiadakan, rupanya angka infeksi post-injeksi yang terjadi tidak lebih banyak daripada yang dilakukan swab alkohol sebelumnya.
Para ahli berpendapat bahwa apabila pasien tampak bersih secara fisik, dan tenaga medis juga mengikuti standar asepsis yang benar, desinfeksi kulit sebelum penyuntikan intramuscular adalah tidak perlu. Dan apabila memang dipandang perlu,maka kulit itu harus diswab dengan kapas alkohol selama 30 detik, dan kemudian tunggu 30 detik lagi agar kulit menjadi kering lagi.
Jika injeksi dilakukan sebelum kulit kering, masih ada kemungkinan bakteri belum mati, dan malah bersama-sama dengan alkohol bisa saja ikut menginokulasi lokasi penyuntikan sehingga meningkatkan risiko infeksi.
Walaupun tehnik desinfeksi kulit dengan kapas alkohol sebelum prosedur penyuntikan sudah dikenal luas, pada kenyataannya ada perbedaan temuan. Misalnya menggunakan kapas alkohol sebelum menyuntikkan insulin secara subkutan seringkali membuat kulit menjadi mengeras karena efek alkohol.
Dann (1969) dan Koivisto & Felig (1978) menemukan bahwa tehnik desinfeksi dengan alkohol tidak selalu mutlak diperlukan, dan ketika prosedur itu ditiadakan, rupanya angka infeksi post-injeksi yang terjadi tidak lebih banyak daripada yang dilakukan swab alkohol sebelumnya.
Para ahli berpendapat bahwa apabila pasien tampak bersih secara fisik, dan tenaga medis juga mengikuti standar asepsis yang benar, desinfeksi kulit sebelum penyuntikan intramuscular adalah tidak perlu. Dan apabila memang dipandang perlu,maka kulit itu harus diswab dengan kapas alkohol selama 30 detik, dan kemudian tunggu 30 detik lagi agar kulit menjadi kering lagi.
Jika injeksi dilakukan sebelum kulit kering, masih ada kemungkinan bakteri belum mati, dan malah bersama-sama dengan alkohol bisa saja ikut menginokulasi lokasi penyuntikan sehingga meningkatkan risiko infeksi.
1.
INJEKSI INTRAMUSCULAR


Adalah tindakan
menyuntikkan obat ke dalam otot yang terperfusi baik, sehingga akan mampu
memberikan efek sistemik dalam waktu yang singkat, dan juga biasanya mampu menyerap
dalam dosis yang besar. Lokasi penyuntikan harus dipertimbangkan dengan mengingat kondisi
fisik pasien, usia pasien, dan jumlah obat yang akan diberikan. Apabila pada lokasi
suntikan yang diinginkan terdapat pembengkakan, peradangan, infeksi,
ataupun terdapat lesi dalam bentuk apapun, penyuntikan di lokasi ini harus
dihindari.
LOKASI
Terdapat lima lokasi penyuntikan intramuscular yang sudah terbukti bahwa obatnya akan diabsorbsi dengan baik oleh tubuh
Terdapat lima lokasi penyuntikan intramuscular yang sudah terbukti bahwa obatnya akan diabsorbsi dengan baik oleh tubuh
a)
PADA DAERAH LENGAN ATAS (DELTOID)
·
Mudah dan dapat dilakukan pada berbagai posisi,
namun kekurangannya area penyuntikan paling kecil, dan jumlah
obat yang ideal paling kecil (antara 0,5-1 ml).
·
Jarum disuntikkan kurang lebih 2,5 cm tepat di bawah
tonjolan acromion
Organ penting yang mungkin terkena adalah a.brachialis atau
n.radialis. Hal ini terjadi apabila
kita menyuntik lebih jauh ke bawah daripada yang seharusnya
·
Minta pasien untuk meletakkan tangannya di pinggul (seperti gaya
seorang peragawati), dengan demikian tonus ototnya akan berada kondisi
yang mudah untuk disuntik dan dapat mengurangi nyeri.
b)
PADA DAERAH DORSOGLUTEAL
(GLUTEUS MAXIMUS)
·
Paling mudah dilakukan, namun angka terjadi komplikasi
paling tinggi.
·
Hati-hati terhadap n.sciatus dan a.glutea superior
·
Gambarlah garis imajiner horizontal setinggi pertengahan
glutea, kemudian buat dua garis imajiner vertical yang memotong garis
horizontal tadi pada pertengahan pantat pada masing-masing sisi.
Suntiklah di regio glutea pada kuadran lateral atas.
·
Volume suntikan ideal antara 2-4 ml.Minta pasien berbaring
ke samping dengan lutut sedikit fleksi. 



·
Pada bokong dengan menarik garis lurus dan SIAS menuju Os.coccygeus kemudian
dibagi tiga kuadran dan diambil satu pertiga dari SIAS
c)
PADA DAERAH VENTROGLUTEAL
(GLUTEUS MEDIUS)
·
Letakkan tangan kanan Anda di pinggul kiri pasien pada
trochanter major (atau sebaliknya). Posisikan jari telunjuk sehingga
menyentuh SIAS. Kemudian gerakkan jari tengah Anda sejauh mungkin menjauhi
jari telunjuk sepanjang crista iliaca. Maka jari telunjuk dan jari tengah Anda
akan membentuk huruf V.
·
Suntikkan jarum di tengah-tengah huruf V itu, maka jarum akan
menembus m. gluteus medius.
·
Volume ideal antara 1-4 ml

d) PADA DAERAH PAHA BAGIAN LUAR (VASTUS LATERALIS)
·
Pada orang dewasa, m. vastus lateralis terletak pada
sepertiga tengah paha bagian luar.
·
Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit di atasnya
perlu ditarik atau sedikit dicubit untuk membantu jarum
mencapai kedalaman yang tepat.
·
Volume injeksi ideal antara 1-5 ml (untuk bayi antara 1-3 ml).

e)
PADA DAERAH PAHA BAGIAN
DEPAN (RECTUS FEMORIS)
·
Pada orang dewasa, m. rectus femoris terletak pada
sepertiga tengah paha bagian depan.
·
Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit di atasnya
perlu ditarik atau sedikit dicubit untuk membantu jarum
mencapai kedalaman yang tepat.
·
Volume injeksi ideal antara 1-5 ml (untuk bayi antara 1-3 ml).
·
Lokasi ini jarang digunakan, namun biasanya sangat
penting untuk melakukan auto-injection, misalnya pasien
dengan riwayat alergi berat biasanya menggunakan tempat ini
untuk menyuntikkan steroid injeksi yang mereka bawa kemana-mana.



PROSEDUR TINDAKAN
1)
Siapkan obat yang akan disuntikkan, masukkan ke dalam syringe.
2)
Pertama-tama, pastikan identitas pasien. Anda tidak mau
menyuntikkan obat ke pasien yang salah.
3)
Posisikan pasien dalam posisi yang nyaman, dan juga mudah serta
ideal bagi Anda untuk melakukan injeksi yang diinginkan.
4)
Tentukan lokasi penyuntikan yang benar sesuai dengan petunjuk di
atas. Bersihkan kulit di atasnya dengan alkohol atau cairan desinfektan
lain.
5)
Pegang syringe dengan tangan dominan Anda (gunakan ibu jari dan
jari telunjuk).
6)
Gunakan tangan non-dominan untuk mengencangkan kulit di sekitar
lokasi suntikan.
7)
Masukkan jarum sehingga menembus otot yang dicari. Gunakan
pengetahuan anatomi Anda untuk memperkirakan kedalaman jarum.
8)
Lakukan aspirasi.Bila tidak ada darah, lanjutkan. Bila ada
darah, cabut jarum, ulangi prosedur.
9)
Masukkan obat dengan perlahan (1 ml per 10 detik) sampai dosis
yang diinginkan tercapai.
10) Setelah usai, tarik
jarum syringe. Tergantung jenis obat yang dimasukkan, ada beberapa obat
yang memerlukan pemijatan ringan untuk membantu penyerapan, namun ada pula
yang tidak. Pahami secara menyeluruh obat yang Anda suntikkan, atau
silahkan baca rekomendasi dari pabrik pembuat obat.
11) Pisahkan jarum dari
syringe. Buang keduanya di tempat sampah khusus sampah medis.
12) Periksa lokasi
suntikan sekali lagi untuk memastikan bahwa tidak ada perdarahan, pembengkakan,
atau reaksi-reaksi lain yang terjadi.
13)
Catat dalam rekam medis pasien jenis obat yang dimasukkan,
jumlahnya, dan waktu pemberian.
TEHNIK INJEKSI
Sudut masuk jarum berperan penting dalam derajat nyeri pasien saat injeksi. Injeksi intramuscular sebaiknya dilakukan dengan memasukkan jarum tegak lurus dengan kulit (90 derajat) untuk memastikan jarumnya mengenai otot yang dimaksud. Penelitian oleh Katsma dan Smith (1997) menemukan bahwa perawat-perawat di Inggris tidak selalu menyuntikkan jarum 90 derajat pada injeksi intramuscular, dan rupanya hal ini berpengaruh pada penilaian derajat nyeri yang dirasakan pasien.
Sudut masuk jarum berperan penting dalam derajat nyeri pasien saat injeksi. Injeksi intramuscular sebaiknya dilakukan dengan memasukkan jarum tegak lurus dengan kulit (90 derajat) untuk memastikan jarumnya mengenai otot yang dimaksud. Penelitian oleh Katsma dan Smith (1997) menemukan bahwa perawat-perawat di Inggris tidak selalu menyuntikkan jarum 90 derajat pada injeksi intramuscular, dan rupanya hal ini berpengaruh pada penilaian derajat nyeri yang dirasakan pasien.
1)
Tehnik injeksi yang dilakukan hampir di seluruh dunia adalah
dengan cara mengencangkan kulit di sekitar lokasi injeksi dengan tujuan:
(Stilwell, 1992)
Memudahkan penusukan jarum. Jarum akan lebih mudah menusuk kulit dengan sudut 90 derajat apabila kulit yang ditusuk berada dalam keadaan teregang.
Memudahkan penusukan jarum. Jarum akan lebih mudah menusuk kulit dengan sudut 90 derajat apabila kulit yang ditusuk berada dalam keadaan teregang.
2)
Dengan teregangnya kulit, maka secara mekanis akan membantu
mengurangi sensitivitas ujung-ujung serat saraf di permukaan kulit.
2.
INJEKSI SUBKUTAN

PEMBERIAN
OBAT MELALUI SUBCUTAN
Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat ke dalam jaringan subcutan dibawah kulit dengan spuit. Injeksi subkutan diberikan dengan menusuk area dibawah kulit yaitu jaringan konektif atau lemak dibawah dermis. Injeksi tidak diberikan pada area yang nyeri, merah, pruitis atau edema. Pada pemakaian injeksi subkutan jangka lama, maka injeksi perlu direncanakan untuk diberikan secara rotasi pada area yang berbeda. Jenis obat yang lazim diberikan secara subkutan adalah vaksin, obat-obatan preoperasi, narkotik, insulin, dan heparin.
Pemberian obat melalui subcutan ini pada umumnya dilakukan dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin terdapat dua tipe larutan, yaitu jernih dan keruh. Larutan jernih atau juga dimaksudkan sebagai insulin tipe reaksi cepat (insulin regular) dan larutan yang keruh karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat absorbsi obat atau juga termasuk tipe lambat.
Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat ke dalam jaringan subcutan dibawah kulit dengan spuit. Injeksi subkutan diberikan dengan menusuk area dibawah kulit yaitu jaringan konektif atau lemak dibawah dermis. Injeksi tidak diberikan pada area yang nyeri, merah, pruitis atau edema. Pada pemakaian injeksi subkutan jangka lama, maka injeksi perlu direncanakan untuk diberikan secara rotasi pada area yang berbeda. Jenis obat yang lazim diberikan secara subkutan adalah vaksin, obat-obatan preoperasi, narkotik, insulin, dan heparin.
Pemberian obat melalui subcutan ini pada umumnya dilakukan dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin terdapat dua tipe larutan, yaitu jernih dan keruh. Larutan jernih atau juga dimaksudkan sebagai insulin tipe reaksi cepat (insulin regular) dan larutan yang keruh karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat absorbsi obat atau juga termasuk tipe lambat.
·
Tujuan injeksi subkutan
Memasukkan sejumlah toksin atau obat pada jaringan subcutan di bawah kulit untuk di absorbsi. Di lakukan dalam program pemberian insulin yang di gunakan untuk mengontrol kadar gula darah.
Memasukkan sejumlah toksin atau obat pada jaringan subcutan di bawah kulit untuk di absorbsi. Di lakukan dalam program pemberian insulin yang di gunakan untuk mengontrol kadar gula darah.
·
Tempat Injeksi Subkutan
Setiap jaringan subkutan dapat dipakai untuk area injeksi ini, yang lazim adalah pada lengan atas bagian luar, paha bagian depan. Area lain yang lazim digunakan adalah perut, area scapula, ventrogluteal dan dorsogluteal.
Lengan : klien duduk atau bediri
Abdomen : klien duduk atau terlentang
Tungkai : klien duduk dikursi atau tempat tidur
Setiap jaringan subkutan dapat dipakai untuk area injeksi ini, yang lazim adalah pada lengan atas bagian luar, paha bagian depan. Area lain yang lazim digunakan adalah perut, area scapula, ventrogluteal dan dorsogluteal.
Lengan : klien duduk atau bediri
Abdomen : klien duduk atau terlentang
Tungkai : klien duduk dikursi atau tempat tidur
Area
injeksi subcutan perlu dirotasi secara regular untuk meminimalkan kerusakan
jaringan, membantu absorpsi, dan menghindari ketidaknyamanan. Terutama penting
untuk klien yang harus menerima injeksi berulang, seperti penyandang diabetes.
Karena insulin diabsorpsi dengan kecepatan berbeda pada bagian tubuh yang
berbeda, kadar glukosa klien diabetes dapat bervariasi ketika beragam area
digunakan. Insulin diabsorpsi lebih cepat ketika diinjeksikan di abdomen kemudian
ke lengan dan lebih lambat ketika diinjeksikan ke paha dan bokong.
Tehnik ini digunakan
apabila kita ingin obat yang disuntikkan akan diabsorpsi oleh tubuh dengan
pelan dan berdurasi panjang (slow and sustained absorption).
Biasanya volume obat yang disuntikkan terbatas pada 1-2 ml per sekali
suntik.
Injeksi subkutan dilakukan dengan menyuntikkan jarum menyudut 45 derajat dari permukaan kulit. Kulit sebaiknya sedikit dicubit untuk menjauhkan jaringan subkutis dari jaringan otot. Peragallo & Dittko (1997) menggunakan CT scan dalam penelitian mereka dan menemukan bahwa injeksi subkutan sering kali masuk ke jaringan otot, terutama bila dilakukan pada daerah abdomen atau paha. Hal ini berbahaya karena insulin yang disuntikkan ke otot akan diserap lebih cepat oleh tubuh dan sebagai akibatnya akan terjadi goncangan kadar glukosa darah yang dapat membawa pasien ke kondisi hipoglikemia.
Injeksi subkutan dilakukan dengan menyuntikkan jarum menyudut 45 derajat dari permukaan kulit. Kulit sebaiknya sedikit dicubit untuk menjauhkan jaringan subkutis dari jaringan otot. Peragallo & Dittko (1997) menggunakan CT scan dalam penelitian mereka dan menemukan bahwa injeksi subkutan sering kali masuk ke jaringan otot, terutama bila dilakukan pada daerah abdomen atau paha. Hal ini berbahaya karena insulin yang disuntikkan ke otot akan diserap lebih cepat oleh tubuh dan sebagai akibatnya akan terjadi goncangan kadar glukosa darah yang dapat membawa pasien ke kondisi hipoglikemia.
Dari studi yang sama juga didapatkan bahwa
suntikan subkutan dipercaya tidak lagi memerlukan aspirasi. Dari gambaran
CT scan ditemukan bahwa suntikan dengan tehnik subkutan hampir tidak
pernah menembus pembuluh darah. Springhouse Corporation (1993) bahkan
menyatakan bahwa apabila penyuntikan subkutan diawalin dengan aspirasi,
akan meningkatkan risiko terjadinya hematom di area subkutan.
NB: Sejak 1994 perkembangan terapi injeksi insulin sangat cepat. Saat ini jarum alay suntik insulin bermerk sudah dibuat sedemikian rupa sehingga dengan sudut 90 derajat dengan kulit, insulin dapat masuk ke jaringan subkutan. Oleh karenanya jangan heran melihat orang diabetes menyuntikkan insulin ke pahanya sendiri dengan sudut masuk jarum tegak lurus dengan kulit
NB: Sejak 1994 perkembangan terapi injeksi insulin sangat cepat. Saat ini jarum alay suntik insulin bermerk sudah dibuat sedemikian rupa sehingga dengan sudut 90 derajat dengan kulit, insulin dapat masuk ke jaringan subkutan. Oleh karenanya jangan heran melihat orang diabetes menyuntikkan insulin ke pahanya sendiri dengan sudut masuk jarum tegak lurus dengan kulit
3.
INJEKSI INTRAVENA

MEMPERKIRAKAN TEMPAT
KATUP VENA, DAN MENGHINDARINYA
Karena kita akan menyuntikkan obat dengan jarum ke dalam vena, adalah penting bagi kita untuk menghindari katup vena. Apabila katup vena ini tidak sengaja tertusuk, maka dapat menyebabkan kerusakan permanen pada katup tersebut, dan bahkan dapat menyebabkan kolaps pada vena yang bersangkutan. Katup-katup ini ada dengan tujuan untuk mencegah alirah darah balik pada vena (mencegah aliran darah menjauhi jantung). Untuk mengetahui dimana saja terdapat katup ini, lakukan tekanan ke arah distal pada vena yang bersangkutan. Hal ini bertujuan mendorong darah yang ada di vena balik ke arah distal, mendekati katup terakhir yang dilewatinya. Ikuti tekanan itu dan akan Anda temukan nantinya ada tempat tertentu dimana darah yang Anda dorong itu tidak dapat “lewat” lagi. Di tempat itulah terdapat katup vena. Sekarang Anda tahu di tampat itu Anda tidak boleh melakukan suntikan. Terkesan sederhana, namun terkadang melokalisir posisi katup itu dapat menjadi sesuatu yang sulit untuk dilakukan.
Karena kita akan menyuntikkan obat dengan jarum ke dalam vena, adalah penting bagi kita untuk menghindari katup vena. Apabila katup vena ini tidak sengaja tertusuk, maka dapat menyebabkan kerusakan permanen pada katup tersebut, dan bahkan dapat menyebabkan kolaps pada vena yang bersangkutan. Katup-katup ini ada dengan tujuan untuk mencegah alirah darah balik pada vena (mencegah aliran darah menjauhi jantung). Untuk mengetahui dimana saja terdapat katup ini, lakukan tekanan ke arah distal pada vena yang bersangkutan. Hal ini bertujuan mendorong darah yang ada di vena balik ke arah distal, mendekati katup terakhir yang dilewatinya. Ikuti tekanan itu dan akan Anda temukan nantinya ada tempat tertentu dimana darah yang Anda dorong itu tidak dapat “lewat” lagi. Di tempat itulah terdapat katup vena. Sekarang Anda tahu di tampat itu Anda tidak boleh melakukan suntikan. Terkesan sederhana, namun terkadang melokalisir posisi katup itu dapat menjadi sesuatu yang sulit untuk dilakukan.
PROSEDUR TINDAKAN
a.
Cuci tangan terlebih dahulu, Bila perlu gunakan sarung
tangan untuk melindungi Anda.
b.
Tentukan lokasi injeksi. Carilah vena perifer yang tampak
atau yang cukup besar sehingga akan memudahkan Anda untuk melakukan
injeksi nantinya. Ada kalanya vena yang ideal tidak ada, dan
kemudian akan tergantung kepada keahlian dan pengalaman Anda untuk
berhasil melakukan injeksi.
c.
Bersihkan lokasi injeksi dengan kapas alkohol.
d.
Pasang torniquet di bagian proximal dari lokasi injeksi.
e.
Suntikkan jarum dengan sudut sekitar 45 derajat atau kurang ke
dalam vena yang telah Anda tentukan. Jarum mengarah ke arah proximal
sehingga obat yang nanti disuntikkan tidak akan menyebabkan turbulensi
ataupun pengkristalan di lokasi suntikan.
f.
Lakukan aspirasi
·
Bila tidak ada darah, berarti perkiraan Anda salah. Beberapa organisasi
keperawatan mengajarkan untuk terus berusahan melakukan probing dan
mencari venanya,selama tidak terjadi hematom. Beberapa lagi menganjurkan
untuk langsung dicabut dan prosedur diulangi lagi.
·
Bila ada darah yang masuk, berwarna merah terang, sedikit
berbuih, dan memiliki tekanan, segera tarik jarum dan langsung lakukan
penekanan di bekas lokasi injeksi tadi. Itu berarti Anda mengenai arteri.
Walaupun ini jarang terjadi, karena kecuali Anda menusuk dan melakukan probing
terlalu dalam, Anda tetap harus tahu mengenai resiko ini.
·
Bila ada darah yang masuk, berwarna merah gelap, dan tidak
memiliki tekanan, itu adalah vena.
Lanjutkan dengan
langkah berikut:
1)
Lepaskan tirniquet dengan hati-hati, jangan sampai menggerakkan
jarum yang sudah masuk dengan benar.
2)
Suntikkan obat secara perlahan-lahan. Terkadang mengusap-usap
vena di bagian proximal dari lokasi injeksi dengan kapas alkohol dapat
mengurangi nyeri selama memasukkan obat.
3)
Setelah selesai, cabut jarum dan langsung lakukan penekanan di
bekas lokasi injeksi dengan kapas alkohol. Penekanan dilakukan kurang
lebih 2-5 menit. Atau bisa juga Anda gunakan band-aid untuk menutupi
luka suntikan itu.
g. Buanglah syringe dan jarum ke dalam tempat sampah.
i. Cuci tangan, lepaskan sarung tangan, dan cuci tangan lagi.
i. Cuci tangan, lepaskan sarung tangan, dan cuci tangan lagi.
Pada pengambilan darah vena (venipuncture),
contoh darah umumnya diambil dari vena median cubital, pada
anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak dekat dengan
permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak
memungkinkan, vena chepalicaatau vena basilica bisa
menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan
dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri brachialis dan
syaraf median.
Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan sangat hati-hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil.
Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan sangat hati-hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil.
4.
INJEKSI INTRAKUTAN

memasukkan obat ke dalam jaringan
kulit yang peka (lapisan kulit / dermis).
injeksi secara IC biasanya untuk
skin test seperti screening tuberculin dan tes alergi.
Tujuan
Injeksi Intra Cutan
1. Untuk mendapatkan reaksi setempat
: skin test untuk reaksi obat-obat tertentu (PPC, Ampicillin, dll)
2. Observasi penyakit tertentu
(misalnya tuberculin test)
3. Untuk mendapatkan obat melalui
injeksi IC adalah di 1/3 atas lengan bawah dan di 2/3 bawah lengan atas bagian
dalam.
PROSEDUR
KERJA INJEKSI IC
1. Tutup pintu / pasang sketsel,
2. Cuci tangan,
pakai sarung tangan,
3. Pilih area yang
akan dilakukan penusukan,
4. Pastikan ukuran
jarum tepat,
5. Atur posisi
yang nyaman bagi pasien,
6. Bersihkan area
yang akan diinjeksi dengan kapas alkohol,
7. Pegang kapas
alkohol dengan tangan yang tidak memegang spuit,
8. Pastikan jarum
terpasang kuat pada spuit. Buka penutup jarum perlahan kemudian
keluarkan udara dari dalam spuit.
9. Sementara
tangan yang tidak memegang spuit untuk meregangkan kulit area injeksi, tangan
kanan menusuk area injeksi secara halus dan cepat dengan sudut 5o –
15o, kemudian masukkan melalui lapisan dermis sampai dengan 3 mm
(1/2 inch),Jarum dapat terlihat dari kulit,
10. Masukkan obat secara perlahan.
Normalnya, gelembung obat akan nampak di permukaan kulit. Jika tidak, berarti
jarum terlalu dalam, rubahlah posisi jarum kemudian ulangi prosedur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar